Bagaimana Rasanya Menjadi Orang yang Memiliki Low Self-Esteem? Part 2

Shafira Nurizka P
5 min readOct 6, 2021

Hi!

Pada tulisan ini, aku akan melanjutkan pembahasan tentang bagaimana low self esteem dapat mempengaruhi kehidupan seseorang.

Low Self Esteem dan Hubungan Romantis

Sebagian orang mungkin akan berpikir bahwa low self esteem hanya berupa kurang percaya diri yang tidak akan memiliki banyak pengaruh pada kehidupan seseorang. Sayangnya, hal tersebut tidaklah benar. Hal tersebut sangat berpengaruh pada banyak aspek yang membuat orang dengan low self-esteem tidak dapat menjalani hari-harinya dengan baik dan menyenangkan.

Dalam hubungan romantis, misalnya.

Sebuah riset berjudul “The Role of Shared-values Affirmation in Enhancing the Feelings of Low Self-esteem Women About Their Relationships” yang dilakukan oleh Christine D Lomore menyatakan bahwa orang dengan low self-esteem cenderung memiliki rasa tidak aman yang tidak beralasan tentang hubungan mereka. Lomore dkk menemukan bahwa orang dengan low self-esteem cenderung akan sulit melihat sisi positif dari hubungannya dengan pasangannya. Hal tersebut tergambar ketika orang dengan low self-esteem membuat suatu kesalahan, kesalahan itu akan memunculkan pemikiran penolakan dari pasangannya. Sedangkan jika orang dengan healthy self-esteem melakukan kesalahan, mereka cenderung berasumsi bahwa mereka akan tetap diterima oleh pasangannya. Perasaan memiliki nilai bersyarat yang dialami orang dengan low self-esteem menuntun mereka untuk merasa seolah-olah mereka terus-menerus dievaluasi oleh pasangan mereka dan menjadikan mereka terus mempertanyakan apakah pasangan mereka memandang mereka secara positif. Oleh karena itu, ketika mereka berhasil, orang dengan low self-esteem berpikir dapat diterima oleh pasangan mereka. Dan ketika mereka gagal, mereka berpikir bahwa pasangan mereka akan menolak mereka. Akibatnya, self-worth dan rasa diterima oleh orang lain (termasuk pasangan) sangat rentan terhadap pasang surut kehidupan sehari-hari (Lomore, dkk, 2007).

Dalam hubungan romantis kehidupanku, low self-esteem punya peran cukup besar atas naik turunnya hubunganku dengan lawan jenis beberapa tahun belakangan, tepatnya di pertengahan saat berkuliah. Perasaan merasa tidak berharga, mudah terluka, dan ketakutan akan ditinggalkan membuatku menjadi seseorang yang cukup toksik sebagai pasangan. Aku sendiri masih belum bisa menggali secara detail apa saja yang menjadi keseluruhan penyebab timbulnya low self-esteem pada diriku, tapi sepertinya penyebab paling utama adalah masalah keluarga yang tidak bisa aku ceritakan. Namun, secara tidak langsung aku memahami bahwa hubungan romantis yang aku jalani hampir tidak pernah berakhir dengan baik sehingga muncul perasaan “Apa yang salah dariku?” dan “Apakah aku tidak seberharga itu dan mudah ditinggalkan?”.

Apakah Low Self-Esteem Merupakan Mental Health Problem?

Menurut Mind UK, memiliki low self-esteem bukanlah mental health problem itu sendiri, tetapi kedua hal tersebut terkait erat. Jika banyak hal mempengaruhi self-esteem untuk waktu yang lama, hal tersebut dapat menyebabkan mental health problem (misalnya depresi atau kecemasan).

Beberapa kriteria low self esteem menjadi tanda masalah kesehatan mental, terutama jika berlangsung lama atau memengaruhi kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh:

  • Merasa putus asa atau tidak berharga
  • Menyalahkan diri sendiri secara tidak adil
  • Membenci diri sendiri
  • Khawatir tidak dapat melakukan sesuatu.

Bila kriteria tersebut memiliki intensitas yang tinggi, alangkah baiknya jika menghubungi dan meminta bantuan profesional untuk menemukan solusi terbaik.

Source: https://id.pinterest.com/pin/466122630160946696/

Bagaimana Cara Membangun Self Esteem?

Self esteem sangat terkait dengan bagaimana seseorang memandang dan bereaksi terhadap hal-hal yang terjadi dalam hidupnya. Menurut CCI, berikut beberapa cara yang dapat digunakan untuk membangun self esteem:

  • Bicaralah dengan diri sendiri secara positif

Perlakukan diri sendiri seperti memperlakukan seorang sahabat. Jadilah suportif, baik hati, dan pengertian. Jangan keras pada diri sendiri saat melakukan kesalahan.

  • Tantang negative self-talk

Setiap kali kebiasaan mengkritik diri sendiri muncul, berhentilah dan cari bukti objektif bahwa kritik itu benar (jika merasa tidak bisa bersikap objektif, mintalah pendapat teman terpercaya). Lambat laun akan terasa bahwa sebagian besar pembicaraan negatif tentang diri sendiri tersebut tidak berdasar.

  • Jangan membandingkan diri sendiri dengan orang lain

Sadarilah bahwa setiap orang berbeda dan bahwa setiap kehidupan manusia memiliki nilai dalam dirinya sendiri.

  • Akui hal-hal positif

Misalnya: jangan mengabaikan pujian, jangan menganggap pencapaian sebagai keberuntungan saja, atau mengabaikan sifat-sifat positif yang ada di dalam diri.

  • Hargai special qualities yang ada di dalam diri

Ingatkan diri sendiri tentang poin baik yang ada di dalam diri setiap hari. Tulis daftar dan sering-sering merujuk pada tulisan tersebut (jika merasa tidak dapat memikirkan sesuatu yang baik tentang diri, cobalah minta seorang teman terpercaya untuk membantu menulis daftar tersebut.

  • Lupakan masa lalu

Berkonsentrasilah untuk hidup pada masa ini dan sekarang daripada menghidupkan kembali rasa sakit dan kekecewaan lama.

  • Katakan pesan positif pada diri sendiri setiap hari

Belilah satu set ‘kartu inspirasional’ dan mulailah setiap hari membacakan kartu baru dan membawa pesan kartu itu sepanjang hari.

  • Bersenang-senang

Jadwalkan acara dan aktivitas yang menyenangkan setiap minggu.

  • Olahraga

Kegiatan ini adalah dorongan yang baik untuk otak terutama dalam memerangi depresi dan membantu merasa baik. Mulailah secara perlahan selangkah demi selangkah, seperti memulai dengan jalan-jalan keliling blok sekali sehari, mendaftar di kelas olahraga setempat, atau berenang.

  • Bersikap tegas

Komunikasikan kebutuhan, keinginan, perasaan, keyakinan, dan pendapat kepada orang lain secara langsung dan jujur.

  • Praktekkan saran-saran di atas setiap hari

Dibutuhkan usaha dan awareness untuk mengganti pikiran dan perilaku yang tidak bermanfaat dengan versi yang lebih sehat. Beri diri sendiri waktu untuk membangun kebiasaan baru. Buat buku harian atau jurnal untuk memetakan kemajuan yang dicapai.

Cara lebih lanjut untuk membangun self-esteem meliputi:

- Bicaralah dengan teman terpercaya atau orang yang dicintai tentang masalah low self-esteem yang dialami.

- Perbanyak informasi kesehatan dari sumber-sumber valid untuk memperkaya pengetahuan lebih lanjut.

- Temui dokter dan profesional untuk informasi, saran, dan kemungkinan rujukan.

- Baca buku tentang pengembangan diri.

Source: https://lonepack.org/blog/index.php/2020/01/19/the-road-to-self-love/

Semoga tulisan ini bermanfaat untukmu dan orang-orang yang membutuhkannya. Hargailah setiap orang yang kamu temui, karena kamu tidak pernah tau apa saja yang telah ia lalui.

Sampai jumpa di tulisan berikutnya!

References:

BetterHealth Channel. Self-Esteem dimuat di https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/healthyliving/self-esteem diakses pada 2 Oktober 2021

Centre for Clinical Interventions. (2005). Improving Self-Esteem: What Is Low Self-Esteem? dimuat di https://www.cci.health.wa.gov.au/-/media/CCI/Consumer-Modules/Improving-Self-Esteem/Improving-Self-Esteem---01---What-is-Low-Self-Esteem.pdf diakses pada 2 Oktober 2021

Cherry, Kendra. (2021). What Is Self-Esteem? dimuat di https://www.verywellmind.com/what-is-self-esteem-2795868 diakses pada 2 Oktober 2021

Lomore, Christine D., Spencer, Steven J., Holmes, John G. (2007). The Role of Shared-values Affirmation in Enhancing the Feelings of Low Self-esteem Women about their Relationships. Journal Self and Identity, 6, 340–360

Mind UK. (2019). About Self-Esteem dimuat di https://www.mind.org.uk/media-a/2955/self-esteem-2019.pdf diakses pada 2 Oktober 2021

--

--